Dua malam kami tinggal di guesthouse 3-4 Juli 2008 (dan tetep makan nasi bungkus, cuma menunya lebih bervariasi dibandingkan waktu di Rumbai, yang pasti lebih uenaak). Sementara paginya beres-beres dirumah dan nyiapin kamar-kamar buat tidur. Resminya kami tidur di rumah baru Merapi 54 hari Minggu tanggal 6 Juli 2008.
Seperti cerita sebelumnya, truck tiba di Duri 3 Juli 2008 jam 9 malam langsung barang2 dibongkar dan ditumpuk di teras rumah. Besok paginya pas kita mau beres-beres, datang 1 orang crew yang mau bantuin unpack. "Lo koq cuma seorang ? janjinya minimal dua orang" kata Bapak. Rupanya karena terlalu banyak yang moving, pengaturan jadwal dan job mereka juga jadi acakadut. Kemarin waktu kami sedang dalam perjalanan ke Duri, rupanya ada teman yang sedang dalam perjalanan pindahan juga dari Duri ke Minas. Otomatis crew moving kacau-balau keberadaannya. Belum lagi sehari setelah aku sampe di Duri, ada tetangga di Duri yang akan pindah ke Garut besoknya. Jadi sebagian crew juga ada disana untuk packing. Jadi ya maklum aja deh kalo cuma dibantuin sama 1 orang. Sampe "klebus" bajunya basah ngebongkar dan ngangkut barang-barang kedalam rumah. Untung ada Bapak dan Mas Adek yang bisa mbantuin angkut2 dan bongkar2.
Barang2 besar aja seperti sofa dan lemari yang disusun ditempatnya. Kardus2 yang dibuka mereka cuma barang yang pecah belah (alasannya biar bisa langsung dicomplain kalo ada yang pecah). Kardus 2 yang lain cuma dipisah2 dan dimasukkan ke kamar, gudang, dapur atau ruang makan. Sementara yang ngebongkar kami aja pelan2. Alhamdulillah enggak ada barang yang pecah.
Pas lagi liat-liat dibelakang rumah, eh ternyata rumah dibelakang juga sedang bongkar-bongkar garasinya untuk pindahan ke Rumbai minggu depan. Langsung aja bapak ngobrol sama tukang yang lagi bongkar2 karena kita juga butuh tukang untuk masang garasi. Akhirnya dapat juga orang yang bisa masang garasi (car port) bongkaran dari rumbai. Sabtu pagi survey, sabtu siang mulai kerja, dan minggu sore 6 juli garasi sudah terpasang rapi, akhirnya si hitam punya kandang.
Selesai pasang garasi, sekalian tukangnya disuruh bapak bikin pagar (pagar dibelakang rumah "wajib" dibuat, karena rumah kami berbatasan dengan play ground). Setelah diukur2 dan didesign bentuknya akhirnya disepakati pagar sepanjang 25 meter dengan harga 100 ribu per meter. Minggu depannya pagar mulai dikerjakan dan selesai 100% tanggal 20 Juli 2008 (agak susah dapat bahan kayunya dan musti nunggu lama). Begitu bahan tersedia, ternyata pengerjaannya cuma dua hari.
Hari-hari selanjutnya tanggal 7 s/d 12 diisi dengan kerja bakti (mumpung Mas dan Mbak masih libur sekolah). Masang karpet, masang korden di teras, masang boxnya dedek, ngerakit ayunan, masang hiasan di dinding (makasih pinjeman bornya Om Pram, makasih juga pinjeman tangganya untuk Pakde Hery), dan terakhir nyusun2 barang di rak. Designernya Ibuk dibantuin mbak Putri, sedang tukangnya Bapak dengan asisten Mas Adek. Teras dan kamar2 sudah sedikit tersusun rapi.
Minggu2 pertama ini tukang juga datang silih berganti. yang masang teralis, yang masang tali jemuran, mindahin internet, tukang kebun baru. Belum lagi orang-orang yang datang nawarkan jasa, guru ngaji, guru les bahasa inggris, tukang pijat dan luluran (yang ini terpaksa ibuk tolak ... hihihi, geli ibuk nggak biasa luluran), cuci mobil, sampe ibu-ibu datang dorong gerobak nawarin singkong sambil gendong anaknya umur 2 tahun ... Aduh bu, ibuk jadi ingat si dedek. Bersyukur nak, dedek nggak mesti ikutan ibu siang2 panas2 jualan singkong. Ya Allah .....
Barang2 besar aja seperti sofa dan lemari yang disusun ditempatnya. Kardus2 yang dibuka mereka cuma barang yang pecah belah (alasannya biar bisa langsung dicomplain kalo ada yang pecah). Kardus 2 yang lain cuma dipisah2 dan dimasukkan ke kamar, gudang, dapur atau ruang makan. Sementara yang ngebongkar kami aja pelan2. Alhamdulillah enggak ada barang yang pecah.
Pas lagi liat-liat dibelakang rumah, eh ternyata rumah dibelakang juga sedang bongkar-bongkar garasinya untuk pindahan ke Rumbai minggu depan. Langsung aja bapak ngobrol sama tukang yang lagi bongkar2 karena kita juga butuh tukang untuk masang garasi. Akhirnya dapat juga orang yang bisa masang garasi (car port) bongkaran dari rumbai. Sabtu pagi survey, sabtu siang mulai kerja, dan minggu sore 6 juli garasi sudah terpasang rapi, akhirnya si hitam punya kandang.
Selesai pasang garasi, sekalian tukangnya disuruh bapak bikin pagar (pagar dibelakang rumah "wajib" dibuat, karena rumah kami berbatasan dengan play ground). Setelah diukur2 dan didesign bentuknya akhirnya disepakati pagar sepanjang 25 meter dengan harga 100 ribu per meter. Minggu depannya pagar mulai dikerjakan dan selesai 100% tanggal 20 Juli 2008 (agak susah dapat bahan kayunya dan musti nunggu lama). Begitu bahan tersedia, ternyata pengerjaannya cuma dua hari.
Hari-hari selanjutnya tanggal 7 s/d 12 diisi dengan kerja bakti (mumpung Mas dan Mbak masih libur sekolah). Masang karpet, masang korden di teras, masang boxnya dedek, ngerakit ayunan, masang hiasan di dinding (makasih pinjeman bornya Om Pram, makasih juga pinjeman tangganya untuk Pakde Hery), dan terakhir nyusun2 barang di rak. Designernya Ibuk dibantuin mbak Putri, sedang tukangnya Bapak dengan asisten Mas Adek. Teras dan kamar2 sudah sedikit tersusun rapi.
Minggu2 pertama ini tukang juga datang silih berganti. yang masang teralis, yang masang tali jemuran, mindahin internet, tukang kebun baru. Belum lagi orang-orang yang datang nawarkan jasa, guru ngaji, guru les bahasa inggris, tukang pijat dan luluran (yang ini terpaksa ibuk tolak ... hihihi, geli ibuk nggak biasa luluran), cuci mobil, sampe ibu-ibu datang dorong gerobak nawarin singkong sambil gendong anaknya umur 2 tahun ... Aduh bu, ibuk jadi ingat si dedek. Bersyukur nak, dedek nggak mesti ikutan ibu siang2 panas2 jualan singkong. Ya Allah .....
Seru sekali minggu pertama di Duri rupanya ... jangan ngomongin soal adaptasi. Punggung rasanya belum mau nempel ke kasur karena belum biasa. Semua serba asing. Bingung, nggak nyaman. Masuk rumah kayak masuk ke rumah orang ... hehehe. Setiap orang yang lewat ngeliatin kita yang lagi beres-beres dirumah, kali pada ngebatin, " OOO, lagi pindahan ya" ... belanja di commiss dan pasar Usuluddin kayak diliatin, "eh, ada orang baru ya" ... hehehe.
Tapi lebih dari itu semua Bapak dan Ibuk bersyukur anak-anak sehat walopun sempat kena debu dimana-mana. Nggak rewel, mungkin memang anak-anak lebih mudah beradaptasi dibanding yang tua. Cuma si mas yang sempat sakit tenggorokan, mungkin karena kecapekan bantu angkat2 barang. Habis cuma Mas yang bisa diandalkan jadi samson karena badannya lumayan gede. "Tapi nyembuhinnya gampang koq" kata mbak Putri, "kasih aja line internet" ... Mas langsung bakal sibuk dan nggak ingat lagi kalo tenggorokannya lagi sakit ... hehehe.